GEOGRAFI TANAH


A.    PENGERTIAN TANAH
           Definisi dan pengertian dari tanah adalah kumpulan tubuh alam yang menduduki sebagian besar daratan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan sebagai tempat mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya. 
Selain itu, tanah adalah hasil dari pelapukan batuan yang disebabkan oleh faktor lingkungan.
Faktor lingkungan yang menyebabkan pelapukan tanah antara lain cuaca, suhu, dan tekanan udara. Selain itu kegiatan yang dilakukan makhluk hidup juga dapat menyebabkan pelapukan batuan yang menjadi tanah yang di dalamnya mengandung unsur-unsur hara, arang dan sebagainya. Adapun definisi-definisi tanah dari beberapa ahli sebagai berikut:
1.      Sitanala Arsyad (1989) tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat, cair, dan gas dan mempunyai sifat dan perilaku yang dinamik.
2.      Sarwono Hardjowigeno (1987) tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dari horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara dan media tumbuhan.
3.      Menurut Dokuchaiev, tanah adalah  bentukan mineral dan organik di permukaan bumi, sedikit atau banyak diwarnai oleh humus, secara tetap menyatakan diri sebagai hasil kegiatan kombinasi bahan seperti jasad, bahan induk, iklim dan relief.
4.      Menurut Sprengel, tanah adalah suatu masa bahan yang berasal dari mineral yang mengandung hasil dikomposisis (penghancuran) hewan dan tumbuhan.
5.      Menurut Fredrich Fallou, tanah dianggap sebagai hasil pelapukan oleh yang menggerogoti batuan keras planet kita dan lambat laun mengadakan bikomposisi massa tanah yang kompak.
6.      Menurut M. Isa Darmawijaya, tanah adalah akumulasi alam bebas, menduduki sebagian besar permukaan planet bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk, dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula.
Jadi, dapat disimpulkan tanah adalah tubuh alam gembur media tumbuh-tumbuhan yang menyelimuti sebagian besar permukaan bumi dan mempunyai sifat dan karateristik fisik, kimia, biologi serta morfologi yang khas sebagai akibat dari serangkaian panjang berbagai proses pembentukan. 

B.  GEOGRAFI TANAH
Geografi tanah memerlukan ilmu-ilmu pendukung lain baik dalam kelompok pasti alam (fisika, kimia, biologi, matematika) maupun ilmu terapan yang berkaitan dengan pemanfaatan tanah untuk memahami perwatakan tanah dan hubungannya dengan pemanfaatan tanah untuk kehidupan. Kajian geografi tanah kental dengan analisis perkembangan tanah dari waktu ke waktu selain juga analisis keruanagan berupa persebaran satuan-satuan tanah di dalam ruang. Perkembangan tanah dari waktu ke waktu dapat karena faktor-faktor yang bersifat alami atau faktor lain sebagai akibat dari pemanfaatan tanah oleh manusia.
Proses pembentukan tanah merupakan hal mendasar dalam kajian geografi tanah. Geografi tanah adalah cabang ilmu geografi yang mengkaji persebaran satuan-satuan tanah di permukaan bumi, sifat, dan karakteristik satuan-satuan tanah yang menyelimuti permukaan bumi, dan pemanfaatan tanah untuk kehidupan. Jadi geografi tanah ialah ilmu tanah yang menelaah tanah menurut sudut pandang geografi. Tujuan Geografi Tanah adalah untuk mencatat (record) dan menjelaskan genesis, perkembangan, sifat-sifat dan agihan tanah-tanah di permukaan bumi yang diwujudkan dalam peta tanah. 

C.  RUANG LINGKUP GEOGRAFI TANAH
Rhoad Murphey, dalam bukunya “The Scope of Geography”, mengemukakan 3 (tiga) pokok ruang lingkup study geografi, yaitu sebagai berikut :
     1.      Geografi mempelajari persebaran dan relasi umat manusia di permukaan bumi. Selain itu, juga mengkaji aspek keruangan tempat hidup manusia serta bagaimana manusia memanfaatkannya.
   2.    Geografi mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan fisik (alam) sebagai bagian studi keanekaragaman wilayah.
     3.      Geografi mempelajari kerangka regional dan analisis dari regional yang mempunyai ciri khusus.
Jika dilihat dari ruang lingkup di atas jelaslah bahwa geografi merupakan ilmu yang sangat komplek yang harus didukung berbagai displin ilmu. Secara umum geografi dapat dikelompokkan dalam 2 bagian yaitu: geografi fisik dan geografi manusia (sosial). Lihat bagan berikut:
a.       Geografi fisik:
  1.  Geografi matematik, yaitu astronomi (ilmu falak), ilmu yang objeknya mempelajari benda-benda langit, bumi sebagai satelit, matahari sebagai bintang-bintang di langit.
  2. Geologi yaitu ilmu yang memepelajari sejarah, komposisi, struktur bumi dan perkembangannya secara keseluruhan
  3. Vulkanologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kegunungapian dan merupakan mata rantai yang tak terpisahkan dengan ilmu geologi.
  4. Geofisika yaitu ilmu yang mempelajari sifat-sifat bumi dengan metode teknik fisika, seperti rambatan getaran gempa, gravitasi, medan magnet
  5. Seismologi merupakan salah satu cabang ilmu dari geofisika yang mempelajari fenomena getaran yang terjadi pada bumi yang dilakukan dari permukaan bumi.
  6. Meteorologi yaitu ilmu yang mempelajari keadaan atau kondisi atmosfer, misalnya perubahan unsur-unsur cuaca (angin, kelembaban udara, awan, hujan dll).
  7. Astronomi yaitu ilmu yang mempelajari benda-benda yang ada di dalam jagat raya, seperti matahari, planet, bintang, dll.
  8. Biogeografi yaitu mempelajari tentang mahluk hidup (flora dan fauna) dengan sudut pandang keruangannya yaitu sebaran kaitannya dengan iklim dan cuaca yang mendukung.
  9. Geomorfologi mempelajari sejarah perkembangan bentuk permukaan bumi dan segala proses yang menghasilkan bentuk-bentuk tersebut.
  10. Hidrologi mempelajari tentang air (sebarannya: danau, tanah, udara, laut, sungai, rawa dll) dan siklusnya.
  11. Oseanografi mempelajari kelautan berkiatan dengan kadar garam, pergerakan arus, morfologi, biota, pasangsurut dan lain-lain.
  12. Pedologi: ilmu yang mempelajari tentang tanah, meliputi proses pembentukan jenis-jenis dan persebarannya.
  13. Penginderaan jauh : ilmu yang mempelajari gejala atau fenomena geografi pada suatu tempat  dengan menggunakan suatu alat dengan menggunakan bantuan media penginderaan jauh tanpa melakukan kontak secara langsung terhadap lokasi yang diamati.
  14. SIG (system informasi geografi): ilmu yang mempelajari tentang tata cara membuat peta secara komputasi dengan tahap-tahap input data, proses dan manajemen data, dan output data.
  15. Kartografi : ilmu yang mempelajari tentang peta meliputi tentang pembuatan jenis dan pemanfaatannya,
  16. Geografi sejarah mempelajari bagaimana budaya dari berbagai tempat di bumi berkembang dan menjadi seperti sekarang. Studi tentang muka bumi merupakan satu dari banyak kunci atas bidang ini – banyak disimpulkan tentang pengaruh masyarakat dahulu pada lingkungan dan sekitarnya.
b.     Geografi Regional
Geografi regional mempelajari hubungan yang bertautan antara aspek-aspek fisik dengan aspek-aspek manusia dalam kaitan keruangan di suatu wilayah (region) tertentu. Melalui interpretasi dan analisis geografi regional maka ciri khas suatu wilayah dapat ditonjolkan sehingga perbedaan antar wilayah akan nampak semakin jelas.
Geografi regional adalah geografi yang mempelajari kewilayahan atas dasar luas dan sempitnya daerah tersebut. Jadi, unsur esensial dalam geografi adalah region atau wilayah. Region adalah suatu wilayah yang mempunyai kesamaan yang dapat dilihat dari unsur fisikal, unsur manusia maupun gabungan antara keduanya. Wittlesay mengemukakan unit-unit region dapat dibentuk oleh:
1. kenampakan iklim saja, tanah saja, sehingga menunjukkan areal saja.
2. multiple feature region (region yang menunjukkan kenampakan majemuk seperti gabungan antara jenis tanah dan tumbuhan, tumbuhan dengan budidaya bercocok tanam).
3. region total atau compage yang terdiri atas banyak unsur fisik dan manusianya seperti provinsi, negara atau kawasan tertentu.
c.       Geografi Sosial:
  1. Antropogeografi mempelajari tentang sebaran, suku, ras dilihat dari kontek geografinya.
  2. Geografi Regional mempelajari sutau wilayah atau kawasan tertentu dipermukaan bumi misalnya Geografi Asia Tenggara, Geografi Timur Tengah dll.
  3. Geografi politik yaitu mempelajari politik dari sudut pandang geografinya, seperti bentuk daratan, posisi, luas, lokasi dibandingkan dengan negara-negara lain.
  4. Geografi Sosial yaitu mempelajari manusia dalam kontek interaksinya dengan yang lain.
  5.  Geografi Ekonomi yaitu mempelajari sebaran sumber daya alam yang memiliki nilai ekonomi untuk menunjang kehidupan manusia.
  6. Demografi : ilmu yang mempelajari tentang kependudukan meliputi jumlah pertumbuhan, komposisi dan migrasi penduduk.
D.   PROSES PEMBENTUKAN TANAH
Proses pembentukan tanah adalah penghancuran atau pelapukan batuan induk. proses pelapukan batuan induk mencakup peluruhan dan dekomposisi yang menghasilkan regolith yang pada umumnya proses destruktif.
Proses pelapukan batuan induk yang menghasilkan bahan induk yang disebut sedimentasi (pelonggokan) bahan induk tanah. Pembentukan tanah sendiri dimulai dari longgokan bahan induk tanah hingga membentuk profil tanah. Proses pelapukan dapat dibedakan menjadi dua sebagai berikut:
a)      Pelapukan mekanik
Pelapukan fisika atau mekanik adalah pelapukan yang disebabkan oleh faktor alam seperti suhu, cuaca, angin, dan air. Saat suhu udara panas, batuan dapat mengembang sedangkan saat suhu dingin, batuan dapat menyusut. Perubahan suhu panas dan dingin yang terjadi terus menerus akan membuat batuan retak. Lama kelamaan batuan ini akan menjadi butiran kecil dan butiran tersebut akan menjadi butiran halus. Saat terjadi hujan, butiran halus ini akan terbawa air hujan dan mengendap di daerah aliran. Pengendapan ini, lama-kelamaan akan menyebabkan terjadinya tumpukan atau lapisan tanah.
b)      Pelapukan kimia
Pelapukan kimia adalah proses pelapukan dan penguraian pecahan-pecahan batuan dan mineral-mineral ke dalam unsur-unsur penyusunnya yang biasa disertai dengan pembentukan mineral-mineral baru. Peluruhan (disintegrasi) batuan sulit diamati secara kasat mata jika proses dekomposisi sudah mulai tampak, walaupun pada kenyataannya terus berlangsung. Di daerah lembah tempat terlonggoknya materiala lapukan jelas sekali bahwa proses dekomposisi dan disentegrasi bekerja sangat giatdan saling mempeercepat satu sama lain. Kimia (dekomposisi) menghasilkan senyawa baru, meliputi:
  • ·         Hidrolisis,
  • ·         Hidratasi,
  • ·         Karbonasi dan proses keasamaan,
  • ·         Oksidasi, dan
  • ·         Pelarutan.

Pembentukan Tanah di Bagi Menjadi Empat Tahap
      1.      Batuan yang tersingkap ke permukaan bumi akan berinteraksi secara langsung dengan atmsosfer dan hidrosfer. Pada tahap ini lingkungan memberi pengaruh terhadap kondisi fisik. Berinteraksinya batuan dengan atmosfer dan hidrosfer memicu terjadinya pelapukan kimiawi.
      2.      Setelah mengalami pelapukan, bagian batuan yang lapuk akan menjadi lunak. Lalu air masuk ke dalam batuan sehingga terjadi pelapukan lebih mendalam. Pada tahap ini di lapisan permukaan batuan telah ditumbuhi calon makhluk hidup.
   3.   Pada tahap ke tiga ini, batuan mulai ditumbuhi tumbuhan perintis. Akar tumbuhan tersebut membentuk rekahan di lapisan batuan yang ditumbuhinya. Di sini terjadilah pelapukan biologis.
      4.      Di tahap yang terakhir tanah menjadi subur dan ditumbuhi tanaman yang relatif besar.

E.   FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUKAN TANAH

            Syarat utama terbentuknya tanah ada dua yaitu: 1). tersedianya bahan asal atau batuan induk, 2). adanya faktor-faktor yang mempengaruhi bahan induk (Jenny, 1941). Bahan induk bersifat lepas-lepas, sementara itu, batuan induk bersifat padu. Faktor-faktor lain yang bekerja kemudian setelah pelonggokan bahan induk tanah dapat dikelompokan menjadi faktor aktif dan faktor pasif. Faktor aktif dalam pembentukan tanah adalah iklim dan organisme tanah. Faktor pembentukan tanah yang bersifat pasif adalah lokasi terdapatnya bahan induk dan kurun waktu berlangsungnya pembentukan tanah. Ada beberapa faktor lain yang memengaruhi proses pembentukan tanah, yaitu organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Jenny (1941) memformulasikan Faktor-faktor pembentuk tanah ke dalam sebuah formula matematis  sebagai berikut:
             S = f (C, O, P, R , T….)
Keterangan:
·         S          = tanah (soil)
·         f           = fungsi (fuction)
·         C         = iklim (climate)
·         O         = organisme (organism)
·         P          = bahan induk tanah (soil parent materials)
·         R         = bentuk lahan
·         T          = waktu
·         ….       = faktor lokal yang tidak terdefinisikan secara spesifik
                        a.     Iklim
                          Anasir iklim yang penting dalam pembentukan tanah adalah curah hujan, suhu dan kelembapan udara. Curah hujan, suhu, dan kelembapan udara menentukan kelembapan dan suhu tanah yang menentukan watak pelapukan mineral-mineral yang ada dalam bahan induk tanah. Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula. Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).
Penguapan berlebihan yang terjadi pada permukaan tanah akan menyebabkan air tanah naik secara kapiler dan masuk ke dalam profil tanah. Penguapan berlebihan yang terjadi pada wilayah yang kelembapan udaranya rendah dan panas. Air tanah yang masuk secara kapiler ke dalam profil tanah membawa garam-garam yang terlarut, yang berasal dari batuan induk di bawah profil tanah. Keberadaan garam-garam di dalam profil tanah menyebabkan tanah di wilayah kering dan panas mempunyai kejenuhan basa lebih tinggi dibandingkan tanah yang terdapat di wilayah  lembab.
                        b.   Organisme
Organisme merupakan faktor pembentuk tanah aktif bersama-sama dengan iklim. Peranan organisme sangat luas dalam pembentukan tanah, mulai dari penghancuran batuan melalui aksi akar tanaman tingkat tinggi hingga pembentukan hara oleh mikro organisme tanah. Akar tanaman akan melebarkan pori tanah sehingga aerasi tanah  mnjadi lebih baik. Akar tanaman mengeluarkan seyawa-senyawa tertentu yang menyebabkan mineral primer yang ada di batuan induk menjadi mudah lapuk.
Peranan hewan makro tanah terhadap pembentukan tanah adalah dalam bentuk penyediaan rongga serta redistribusi tanah. Hewan makro tanah memindahkan tanah bawah permukaan ke permukaan. Hewan makro juga mengeluarkan senyawa-senyawa sekresi sebagai asam-asam organik yang menyebabkan pelapukan kimia dapat berlangsung secara efisien. Organisme mikro menyebabkan terbentuknya agregasi partikel-partikel tanah membentuk struktur tanah yang mantap. Ini menyebabkan terjaminnya pori tanah meso dan mikro yang mengontrol kondisi aerasi tanah.
     c.    Bahan Induk Tanah
Tanah adalah hasil perkembangan lebih lanjut dari hasil pelapukan batuan induk yang disebut dengan bahan induk tanah. Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah. Tanah yang terdapat di permukaan bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan induknya masih terlihat misalnya tanah berstuktur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. 
                        d.   Relief
               Analisir relief penting dalam kaitannya dengan pembentukan tanah adalah sudut lereng dan tinggi tempat. Tinggi tempat mempengaruhi suhu udara, semakin tinggi suatu tempat maka akan mempunyai suhu yang lebih rendah. sudut lereng menentukan kesetimbangan antara limpasan permukaan dan infiltrasi. Wilayah yang mempunyai laju erosi yang tinggi akan mempunyai tanah dengan ketebalan terbatas. Analisir relief yang lain yang juga berpengaruh terhadap pembentukan tanah adalah hadap lereng serta posisi lereng terhadap wilayah sekitar. Hadap lereng merupakan faktor penting, terutama pada wilayah lintang tinggi, karena menentukan intensitas penyinaran matahari. posisi lereng pada kawasan berpengaruh terhadap jumlah hujan dan jumlah air yang diterima. Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi:
  • Tebal atau tipisnya lapisan tanah.
  • Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi.
  • Sistem drainase/pengaliran
    Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam.
                        e.   Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus-menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus-menerus. Oleh karena itu, tanah akan menjadi semakin tua. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan, sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
            Tanah muda ditandai oleh masih tampaknya pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampaknya struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol, dan litosol. Tanah dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horizon B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, dan grumusol. Tanah tua proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada perlapisan tanah. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).
            Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda dan 1.000–10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa. Dengan melihat perbedaan sifat faktor-faktor pembentuk tanah tersebut, pada suatu tempat tentunya akan menghasilkan ciri dan jenis tanah yang berbeda-beda pula. Sifat dan jenis tanah sangat tergantung pada sifat-sifat faktor pembentukan tanah. Kepulauan Indonesia mempunyai berbagai tipe kondisi alam yang menyebabkan adanya perbedaan sifat dan jenis tanah di berbagai wilayah, akibatnya tingkat kesuburan tanah di Indonesia juga berbeda-beda.
                        f.   Manusia
Manusia merupakan faktor pembentuk tanah yang aktif. Berbagai bentuk aktivitas manusia di atas permukaan tanah dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya telah banyak memengaruhi proses pembentukan tanah. Bentuk-bentuk pemanfaatan sumber daya tanah oleh manusia yang memengaruhi prosese pembentukan dan perkembangan tanah dapat dikelompokan menjadi dua, yakni: manipulasi faktor pembentuk tanah aktif (pengaturan lengas tanah dan jenis vegetasi tanah) dan manipulasi faktor pembentukan pasif (perubahan relief dan penambahan atau pengurangan bahan induk tanah). Seperti manipulasi kondisi lengas tanah dilakukan manusia dalam rangka penyediaan air bagi tanaman.

F.  HORIZON TANAH
Pembentukan tanah diawali oleh proses pelapukan batuan induk menjadi bahan induk. Batuan induk merupakan batuan yang padat, tejal dan belum mengalami pelapukan. Seiring kurun waktu batuan induk mengalami sedikit melapuk menjadi bongkahan-bongkahan kecil yang disebut dengan batuan bahan induk. Ini dikarenakan adanya faktor-faktor pembentuk tanah terutama iklim serta terjadi perubahan mineral primer menjadi mineral sekunder akibat pelapukan kimia.
Mineral-mineral yang berasal dari pelapukan bercampur dengan bahan organik yang berasal dari tumbuhan maupun hewan yang telah mati dan mengalami dekomposisi, selanjutnya menejadi humus. Humus-humus yang berukuran koloid dengan mengandung muatan negatif terutama asam-asam organik sehingga mampu menjadi pengikat antara mineral membantuk agregat tanah. Masukan atau input dari air hujan akan menyebabkan terjadinya reaksi kimia (hidrolisis) antara air dan bahan penyusun tanah. Disisi lain dengan adanya air hujan yang mengalami infiltrasi maka terjadi ikatan antara fraksi tanah dan air. Apabila kemampuan tanah mengikat air sudah tidak ada lagi (jenuh) maka air yang ada dalam pori tanah akan mengalir ke bawah oleh pengaruh gaya gravitasi. Air yang mengalir membawa unsur-unsur yang terlarut dalam air. Unsur-unsur yang terbawa sebagian mengalami alih tempat, juga ada yang keluar dari sistim tanah masuk kedalam sungai dan terus ke laut, terutama unsur-unsur basa yang disebut dengan pencucian (leaching).
            Dengan adanya proses pelapukan, yang diikuti pancampuran bahan organik, pencucian, pembentukan agregat (struktur), alih tempat dan alih rupa bahan tanah maka terbentuklah horison tanah. Harison tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk sejajar dengan permukaan bumi sebagai hasil dari proses pembentukan tanah. Lapisan tanah secara umum sebagai berikut: 
·              Horizon O
         Lapisan ini adalah lapisan organik dengan ketebalan hanya beberapa senimeter dari permukaan. Lapisan organik ini sangat kaya akan humus yang dapat menyuburkan tanah. Horizon tanah ini mempunyai ciri khas,yaitu sebagai berikut:
  • Memiliki warna gelap, dari cokelat sampai kehitam-hitaman.
  • Terdiri dari sisa-sisa makhluk hidup,seperti daun yang telah membusuk atau ranting-ranting.
·           Horizon A
            Lapisan ini merupakan laisan tanah bagian atas atau disebut juga top soil.Memiliki rata-rata ketebalan antara 20-35cm. Horizon A masih relatif subur jika dibandingkan dengan lapisan-lapisan lain yang berada di bawahnya. Horizon A ini sering juga dinamakan zona eluviasi, yaitu wilayah pencucian partikel-partikel tanah oleh hujan. Terutama, partikel liat yang butirannya sangat halus dan partikel debu.
·           Horizon B
            Horizon B sering di sebut subsoil.Merupakan lapisan zone iluviasi yaitu temoat pengendapan partikel tanah yang mengalami pencucian dan terlarut dalam air dari Horizon A. Lapisan subsoil ini ditandai oleh warnanya yang terang. Hal ini disebabkan karena Horizon ini bahan-bahan organiknya sangat kurang. Bahkan, tidak ada. Itulah sebabnya negapa Horizon B ini merupakan lapisan tanah yang rendah tingkat kesuburannya.
·           Horizon C
            Lapisan ini disebut juga zone regolit,yaitu lapisan batuan dasar yang sudah mulai mengalami proses penghancuran dan pelapukan. Lapisan ini sudah tidak memiliki kesuburan lagi karena melalui proses pelapukan.
Bedrock
           Lapisan batuan ini merupakan bentuk batuan pejal yang belum mengalami proses pemecahan. Lapisan ini terletak di lapisan paling bawah, sehingga jarang dijumpai manusia. Akan tetapi di pegunungan lipatan atau patahan, lapisan ini terkadang tersingkap dan berada di lapisan atas. Bila hal ini terjadi, maka lahan tersebut merupakan lahan yang tandus dan tidak dapat ditanami karena masih merupakan lapisan batuan.
           Adapun batas-batas horizon. Batas horizon merupakan zona peralihan di antara dua horizon atau lapisan yang saling berhubungan. Biasanya tidak membentuk garis yang jelas. Batas horizon dinyatakan dalam hubungannya dengan kejelasan dan topografi.
a. Kejelasan.
           Kejelasan didasarkan pada ketebalan zona yang batas Horizon atau lapisan dapat ditarik garisnya. Kejelasan batas sebagian tergantung pada tingkat kekontrasan antara lapisan yang berhubungan, dan sebagian tergantung pada ketebalan zone peralihan di antara kedua lapisan tersebut. Kejelasan batas Horizon adalah sebagai berikut:
  • ·         Sangat jelas (abrupt) : tebal peralihan <2 cm.
  • ·         Jelas (clear) : tebal peralihan 2 - 5 cm.
  • ·         Berangsur (gradual) : tebal perlaihan 5 - 12 cm.
  • ·         Baur (diffuse) : tebal peralihan >12 cm.
b. Topografi
           Topografi Horizon didasarkan pada ketidakteraturan permukaan yang memisahkan Horizon, dan menunjukkan kelurusan atau kerataan dari variasi kedalaman batas Horizon. Tanah merupakan bidang tiga dimensi, tetapi lapisan tanah yang tampak hanya pada sisi vertikalnya saja. Topografi batas Horizon terdiri atas:
  • ·         Rata (smooth) : datar dengan sedikit atau tanpa ketidak-teraturan permukaan
  • ·         Berombak(wavy) : berbentuk kantong, lebar >dalam.
  • ·         Tidak teratur (irregular) : berbentuk kantong, lebar.
  • ·         Terputus (broken) : batas Horizon tidak dapat disam-bungkan dalam satu bidang datar.

G. PENGERTIAN LAHAN
Istilah lahan digunakan berkenaan dengan permukaan bumi beserta segenap karakteristik-karakteristik yang ada padanya dan penting bagi perikehidupan manusia (Christian dan Stewart, 1968).  Secara lebih rinci, istilah lahan atau land dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di atas dan di bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan, serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang; yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan di masa mendatang (Brinkman dan Smyth, 1973; dan FAO, 1976). Lahan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang tersusun atas (i) komponen struktural yang sering disebut karakteristik lahan, dan (ii) komponen fungsional yang  sering disebut kualitas lahan.  Kualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan  sekelompok  unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan kesesuaian lahan (FAO, 1976).
Lahan sebagai suatu "sistem" mempunyai komponen-komponen yang terorganisir secara spesifik dan perilakunya menuju kepada sasaran-sasaran tertentu.  Komponen-komponen lahan ini dapat dipandang sebagai sumberdaya dalam hubungannya dengan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.  Sys (1985) mengemukakan enam kelompok besar sumberdaya lahan yang paling penting bagi pertanian, yaitu (i) iklim, (ii) relief dan formasi geologis, (iii) tanah, (iv) air, (v) vegetasi, dan (vi) anasir artifisial (buatan).  Dalam konteks pendekatan sistem untuk memecahkan permasalahan-permasalahan lahan, setiap komponen lahan atau sumberdaya lahan tersebut di atas dapat dipandang sebagai suatusubsistem tersendiri yang merupakan bagian dari sistem lahan.  Selanjutnya setiap subsistem ini tersusun atas banyak bagian-bagiannya atau karakteristik-karakteristiknya yang bersifat dinamis (Soemarno, 1990). Dari beberapa pengertian tentang lahan maka dapat disimpulkan bahwa Lahan merupakan lingkungan fisik yang meliputi iklim, relief, tanah, hidrologi, dan vegetasi. Faktor-faktor ini hingga batas tertentu mempengaruhi potensi dan kemampuan lahan untuk mendukung suatu tipe penggunaan tertentu.




REFERENSI :
Mulya, Sartohadi, Junun, dan Nur Indah Sari Dewi. 2012. Pengantar Geografi Tanah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
http://tienadewi.blogspot.com/2013/07/pengertian-tanah-dan-lahan.html.
http://laskarpilar.blogspot.com/2013/10/ruang-lingkup-dan-ilmu-penunjang.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HIDROGRAFI

METEOROLOGI

KLIMATOLOGI (IKLIM)